Picture Depan Bis
Laporan ini sebagai bentuk berita acara memuat kegiatan wajib yang dilaksanakan oleh Mahasiswa/i Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) di Fakultas Dakwah IAIN Salatiga. Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) telah selesai dilaksanakan peserta prodi PMI pada tanggal 14-18 Maret 2022. KKL pada tahun ini bertujuan di dua tempat yaitu Solo atau Surakarta dan Bali, Indonesia. Berangkat dari tujuan pertama yaitu LPTP Solo, tujuan kedua yaitu Usaha Rakyat Garam Buleleng, tempat ketiga ialah Desa Adat Penglipuran serta PP Tahfidzul Qur'an Asy-Syifa Hidayatullah Denpasar. Selama pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Rombongan PMI didampingi oleh beberapa Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yaitu Bapak Rovi'in, M.Ag selaku Wakil Dekan 2 Fakultas Dakwah, Bapak Sya'ban Maghfur, M.Pd.I. selaku Sekretaris Program Studi, Bapak Saipullah Hasan, M.A. dan Bapak M. Nawa Syarif, M.Ag. selaku Dosen Prodi PMI.
Picture di LPTP Surakarta
Pada hari pertama rombongan PMI berkunjung ke Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) di Surakarta, kedatangan rombongan kami disambut hangat oleh tuan rumah selaku mitra dari IAIN Salatiga khususnya bidang Pengembangan Masyarakat / Community Development. Sebelumnya IAIN Salatiga pernah melakukan kunjungan terakhir pada tahun 2020 dan pada tahun ini kita kembali bersilaturahmi sembari belajar bersama dengan sebutan "Ngangsu Kawruh" Bapak Zam Zaeni menuturukan demikian. Selama kunjungan dengan waktu 150 menit, kami mahasiswa PMI dibekali oleh Orientasi LPTP, Kegiatan atau program dari anggota LPTP dan masih banyak lagi ilmu yang disampaikan sebagai bekal kita anak pemberdayaan ketika terjun ke lapangan atau masyarakat.
Picture di Pembuatan Garam, Buleleng
Selanjutnya, hari kedua rombongan PMI sudah berada di Kab. Buleleng, Bali untuk melakukan kunjungan di UMKM Pembuatan Garam Ekspor berstatus sebagai CV. Bali Artisan Salt, disana kami melihat produksi garam ekspor secara langsung mulai dari pengolahan garam kasar yang dicuci dan diendapkan didalam tong besar; kemudian penjemuran cairan garam yang sudah berbentuk larutan; selanjutnya sudah tersedia garam yang sudah mengkristal dan terakhir ialah pemilahan atau sortasi sesuai dengan jenis dan bentuk garam. Hasil produk garam berkualitas premium akan diekspor ke luar negeri dan bisa dipasarkan melalui market place secara online. Di sisi lain dari garam tersebut bisa dikembangkan menjadi berbagai produk siap saji dan bisa digunakan dalam jangka waktu pendek hingga panjang. Dari usaha ini bisa menjadi salah satu penerapan pengembangan masyarakat daerah pesisir dengan memanfaatkan potensi alam yang ada.
Picture di Desa Adat Penglipuran
Kemudian di hari ketiga kami melakukan kunjungan di Desa Adat Penglipuran sebagai peraih Adipura Desa Terbersih se-Asia pada tahun 2016. Rombongan PMI di sambut dengan baik dan penuh kehangatan oleh Ketua Adat bernama Iwayan Budiarta selaku pemimpin dari desa tersebut. Menurut sejarah desa tersebut awalnya sebuah hutan bambu yang kemudian diubah menjadi desa dengan bangunan yang terbuat dari bambu tersebut dan sebagai penglipuran yang berartikan bersih, suci, lurus. Penduduk disana sangat menjaga keseimbangan alam dan budaya serta desa adat tersebut terawat sebagaimana mestinya, Kami berkeliling dirumah penduduk dari ujung bawah sampai puncak dari kompleks desa adat. Mulanya desa adat hanya desa biasa dan berada jauh dari keramaian kota, namun setelah dikembangkan lebih lanjut oleh Pemerintah Daerah Bali menghasilkan desa adat sebagai desa wisata rujukan wisatawan domestic maupun internasional. Dari hal ini, pengelola desa adat bergotong-royong untuk terus melestarikan potensi wilayah sebagai wujud dari pemberdayaan masyarakat dikalangan pariwisata.
Picture di PP Asy-Syifa Hidayatullah di Denpasar
Pada hari yang sama, Rombongan PMI bersilaturahmi untuk melakukan kunjungan terakhir di Pondok Pesantren Tahfizul Qur'an Asy-Syifa Denpasar. Kami dipersilahkan masuk di aula besar atau bisa dikatakan sebagai tempat ibadah saudara kita sesama muslim. Saat bertemu dan memperhatikan sesakma pihak pengelola Ponpes Asy-Syifa Hidayatullah menyampaikan beberapa informasi terkait sejarah pondok ini dibangun dan bagaimana proses penyebaran agama islam di era minoritas kaum di Bali yang nota bene mayoritas Hindu-Bali. Dari hal tersebut dapat kita ambil pelajaran tentang keyakinan pengelola dan para santri/wati di saat mendakwahkan Islam tentunya dengan menjaga toleransi antar sesama umat. Kemudian daripada itu, pendidikan formal dan non-formal mulai dari MI, Mts, MA berbasis Islam sudah ada di sekitar Denpasar tentunya dari hal tersebut memudahkan akses umat muslim dalam menjalin pendidikan. Di sana juga menerapkan beberapa advokasi sesuai keadaan sosial pada umumnya dan masih banyak lagi informasi yang disampaikan namun keterbatasan waktu Rombongan PMI segera melanjutkan untuk wisata bahari di pantai sekitar pulau Bali.
#KKL #BALI #PMI2020